Secara mengejutkan Beyonce mengeluarkan album terbarunya berjudul Beyonce di itunes pada tanggal 12 December tanpa ada pre-promotion yang biasanya harus dilakukan seorang artis atau grup musik bila akan meluncurkan album di Amerika. Robbie Williams bahkan pernah menolak untuk mengikuti serangkaian pre-promotion ritual yang wajib dia lakukan sebelum meluncurkan albumnya di Amerika.
“There’s so much that gets in between the music and the artist and the fans. I felt like I don’t want anybody to give the message when my record’s coming out. I just want this to come out when it’s ready, and from me to my fans… I would make my best art and just put it out.” demikian tutur Beyonce.
Dunia sudah berubah. Beyonce dengan cepat menangkap ini. Daripada melakukan semua ritual pre-promotion, dia langsung mengumumkan di facebook page miliknya lengkap dengan 17 new music videos. Sebenarnya yang dilakukan Beyonce ini sudah biasa dilakukan oleh independent artist, namun menjadi tidak biasa karena ini dilakukan bersama Columbia Records.
Di era social media ini, akhirnya Fans Relationship Management yang selama ini lebih kuat digarap oleh independent artist akhirnya masuk juga ke ranah artist major label. Lady Gaga mungkin menjadi contoh paling bagus bagaimana dia ‘merawat’ little monsters dengan begitu baik. Kenapa Fans Relationship Management juga penting bagi perusahaan biasa?
Karena sadar tidak sadar, setiap brand sebenarnya punya fans. Namun sayangnya brands lebih suka menjalankan ritual marketing yang ada ketimbang benar-benar ‘merawat’ fans yang sebenarnya sudah ada. Padahal kalau ditanya kenapa harus mengeluarkan sedemikian besar dana pre-promotion? Supaya konsumen tahu ada produk baru dan membeli produk tersebut.
Apa yang dilakukan Beyonce, harusnya mengingatkan kita akan hal tersebut. Kalau tujuannya konsumen tahu ada produk baru dan membeli produk tersebut, kenapa tidak langsung saja ke tujuan?
Saya malah selalu memberikan kesempatan pre-order buku terbaru saya hanya kepada follower saya di social media. Kenapa? Adalah kebanggan bagi mereka untuk punya lebih dahulu dibandingkan teman mereka lainnya. Makanya saya sangat tidak setuju dengan berbagai kreativitas yang dilakukan untuk ‘membeli’ likes di facebook atau menambah jumlah follower secara tidak organik. Yang ada social media isinya bukan real friends atau real fans namun isinya bounty hunter yang hanya menunggu gratisan.
Itu kenapa Beyonce tetap menjual albumnya. Itu kenapa Beyonce tidak membagikan lagu-lagunya secara gratis. Karena Beyonce punya keyakinan akan para fansnya. Beyonce di social media tidak terlalu besar untuk ukuran artis dunia, namun tampaknya dia yakin akan loyalitas fans base miliknya.
Dulu saya pikir, hanya independent artist yang harus berjuang ‘merawat’ fans mereka. Begitu masuk jajaran artist major label, walau tetap ‘merawat’ para fans namun gunakanlah iklan dan lain sebagainya. Beyonce menyadarkan kita bahwa those era is over. Bayangkan kalau dana pre-promotion tadi bisa dipakai untuk benar-benar ‘merawat’ fans.
Disinilah letak perbedaan terobosan Beyonce dengan apa yang dilakukan oleh Amanda Palmer yang mengumpulkan dana 1,2 Million US dollars untuk mendanai albumnya berjudul Theatre Is Evil dari para fansnya. Padahal oleh major label, album sebelumnya dianggap gagal lantaran hanya terjual 25,000 keping. Menariknya kalau kita dengarkan presentasi Amanda di TEDtalks dimana dana tersebut dia dapatkan dari sekitar 25,000 orang… jumlah yang disebut terlalu kecil oleh major label.
Yes, menjadi terlalu kecil karena dana pre-promotion yang sangat besar yang dikeluarkan oleh major label. Tapi Amanda dengan “The Art of Asking” mampu survive dan bahkan melibatkan fansnya in every moment of her music experience.
Buat saya, Amanda dan Beyonce sama-sama keren. Beyonce sebagai artis dari major label tidak perlu crowdfunding, namun segera memutus rantai pre-promotion yang costly tersebut, sementara Amanda yang tidak lagi memiliki kesempatan dari major label malah makin keren bikin album baru dengan crowdfunding. Dua-duanya possible karena punya Fans Relationship Management yang kuat.
Inspirasi buat kita semua adalah selalu mempertanyakan apa yang akan kita lakukan besok? Jangan sampai kita melakukan sesuatu hanya karena everybody is doing that. Revisit our purpose and rethinking our strategy. Good luck!
Thanks to @Wisnu_T untuk infonya soal Amanda Palmer on TEDtalks 🙂