Leicester Juara Liga Inggris karena kreatif?

Begitu banyak film hollywood yang bercerita tentang zero to hero. Ada yang fiksi dan ada yang berdasarkan kisah nyata. Kalau di Indonesia, ada film Cahaya Dari Timur yang diambil dari kisah nyata perjuangan Sani Tawainella yang ingin menyelamatkan anak-anak di kampungnya dari konflik agama yang terjadi di Ambon melalui sepakbola. Sani pada akhirnya berhasil membawa Maluku U-15 jadi juara nasional, walau tidak diunggulkan sama sekali waktu itu.

Kisah-kisah sangat bagus untuk terus memberi harapan kepada siapa saja yang ingin berusaha dengan modal keuletan, kekompakan dan kreativitas, uang besar dan fasilitas tidak selalu menjamin kemenangan. Dan saya senang sekali karena tahun ini ada kejutan besar di English Premier League, bahkan menyerupai dongeng modern. Bayangkan Leicester City jadi Juara Liga Inggris. Padahal di season yang lalu mereka masih berjuang untuk selamat dari zona degradasi. Padahal total belanja pemain mereka hanya total Rp. 435 Milyar (Van Gaal di Manchester United sudah habiskan 4,8 triliun btw). Padahal Jamie Vardy sudah berusia 29 tahun dan beberapa tahun yang lalu namanya belum terdengar. Padahal mereka di rumah taruhan 5000-1. Dan masih banyak data lain yang mencengangkan.

Lalu kenapa mereka bisa juara?

Karena Claudio Ranieri, sang pelatih kepala menerapkan formasi 4-4-2 yang bisa dibilang sudah lama tidak dipakai oleh tim-tim papan atas di liga Inggris. Selama 10 tahun terakhir formasi favorit adalah 4-2-3-1. Tentunya diperlukan pemain-pemain yang tepat (bukan mahal) untuk formasi 4-4-2 ini dan latihan yang konsisten karena formasi ini sudah lama tidak digunakan.

Selain itu Leicester City juga diuntungkan karena jarang ada pemainnya yang cedera panjang di musim ini sehingga kekompakan pemainnya terjaga. Ranieri bisa jadi mengakhiri rezim pelatih yang terlalu menekan para pemainnya untuk berlatih terlalu keras sehingga tak jarang malah cedera.

Belum lagi keputusan Ranieri menyetujui usulan Steve Walsh membeli Ryan Mahrez yang dia akui juga tidak terlalu kenal sebelumnya. Selain Jamie Vardy, Mahrez jadi salah satu pemain kunci musim ini yang tidak heran terpilih jadi pemain terbaik PFA.

Masih banyak lagi hal-hal yang membuat Leicester City juara dan pastinya akan ditulis oleh mereka yang lebih ahli soal sepakbola. Buat saya, inspirasi Leicester City FC ini bukan hanya untuk penggemar sepakbola. Try a different angle. Jangan lupa best practice is not always the best, apa yang terjadi 10 tahun terakhir bisa jadi hanya akan jadi masa lalu. Disaat semua orang melupakan kick and rush, Claudio Ranieri justru kembali ke formasi 4-4-2. Di bisnis apapun, uang bukan segalanya. Kreativitas bisa menumbangkan hal tersebut. Inspirasi ini yang harus dipegang. Senang sekali melihat King Power yang berasal dari Thailand berhasil dengan Leicester City FC.

Buat yang kecil, yuk semangat dengan kreativitas besar. Untuk yang punya modal besar, yuk tetap punya semangat kreatif sehingga tidak dilibas oleh yang kecil namun sangat kreatif.

leeiic_3574556b

2 Comments

  1. Baru buka lagu web ini
    Artikel pertamanya ttg EPL
    Langsung amaze ternyata mas yoris jg pengamat sepaka bola hahhaaa

    Cuma bisa setuju sama tulisannya. Tahun ini mereka kompak, konsisten daaann penampilannya selalu percaya diri
    They deserved it!

    Semoga juara tahun depan inisial L yg lain, Liverpool
    Bukan melulu M, A, atau C ? #YNWA

    1. Hi Lina… saya bukan pengamat bola… saya pecandu kreativitas dan nonton liga Inggris memang bisa kasih banyak materi baru untuk blog maupun semminar. Sekarang lagi nonton EURO tapi belum nemun materi untuk di blog. Mungkin nanti tulis soal Lukaku atau Iceland atau Wales.

Leave a Reply to Lina Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.