Premiumization

Premiumization adalah menambah product premium atau pengalamanan premium dari produk atau jasa yang selama ini ditawarkan oleh sebuah brand. Langkah ini yang sebaiknya dilakukan oleh market leader untuk terus menaikkan standard. Walau tidak tertutup kemungkinan untuk challenger brand masuk. Apalagi kalau market leader sedang tidur 🙂

Inilah langkah yang perlu dilakukan daripada melulu bersaing secara harga yang akhirnya membawa brand atau produk menjadi komoditas. Apalagi yang harus diingat, semua hal yang dulu Premium nantinya akan turun menjadi sesuatu yang wajib untuk generasi berikutnya. Ingat, dulu Handphone sesuatu yang premium? lalu plasma or LCD tv?

Pemilik brand harus kreatif dalam mendengarkan keinginan konsumennya. Sesuatu yang selama ini tidak terbeli atau pengalaman premium yang selama ini belum dirasakan… selama biayanya masih masuk budget, kenapa tidak diberikan pada konsumen?

Contoh paling gampang, EX yang menampilkan top 40 band setiap malam. Bayangkan dulu orang harus bayar untuk nonton band di cafe sekarang diberikan gratis oleh mall. Biaya band ditanggung oleh budget promotions, daripada hanya bermain ATL, mereka melakukan hal yang premium dengan memberikan pengalaman premium. Demikian pula dengan Blitz Megaplex yang memberikan band top 40 gratis. Artinya cafe harus menawarkan sesuatu yang lebih premium lagi. Lebih dari sekedar band top 40 yang bagus.

Masih banyak pengalaman premium yang bisa diberikan oleh mall dengan biaya promotions yang biasanya 1% dari total rental para tenant. Masalahnya mau kreatif atau sekedar mengekor. As we know, sekarang banyak sekali mall yang menampilkan band top 40 juga mengikuti jejak EX.

Celebrity Fitness menjual fitness yang dulunya mahal dan sifatnya destination, menjadi affordable dan impulse.
Mereka dengan tepat melihat adanya kesempatan untuk Premiumization Fitness Centre. Sekarang sudah menjamur. Nah mereka harus terus menaikkan standard premiumnya. Karena segala yang sudah sama lantas menjadi komoditas.

Di Indonesia kebanyakan memang masih dari service industry. Sementara industry manufaktur biasanya melulu pada premium produknya dan kebanyakan didominasi produk luar negri (maklum produk dalam negri biasanya sibuk berperang harga). Misalnya air putih EVIAN sudah meluncurkan limited edition PALACE bottle yang di sajikan dengan coaster stainless steel. Kalau nonton MTV Awards dan awards2 lainnya, ada sebuah brand bernama Bling H20 yang menggunakan bottle dari Swarovski Crystal.

Proses Premiumisasi biasanya terjebak dengan menggunakan orang yang salah dan tidak mengerti esensi dari premium itu sendiri karena terkadang mereka memang tidak bermain di premium sebelumnya. Namun hanya karena latah akhirnya mau untung malah jadi buntung.

Premiumisasi ditujukan untuk konsumer. Jangan hanya copy paste yang terjadi di luar negri. Misalnya soal Evian diatas. Sangat tidak cocok untuk market Indonesia.

Saya jadi ingat, Cozy spa di Bali yang menjadi pelopor untuk reflexy menggunakan personal music melalui personal CD player.  Waktu mereka buka franchise, dan tidak menggunakan personal CD player, experience yang dirasakan langsung berbeda dan cabang di kota lain tersebut tidak sesukses Cozy di Bali.  Sekarang di Cozy spa Jakarta malah sudah menggunakan MP3 player untuk memilih personal music yang variasinya lebih banyak lagi.  Ingat, premiumization harus terus maju, tidak boleh berhenti di 1 titik.

Singapore airline, terus melaju dengan Airbus A-380 dan tentunya Suite Class.  Kelas yang lebih tinggi dari First Class.  Market leader harus terus maju dan set standar industri.

Premiumisasi memang terkesan berbiaya tinggi, padahal bila kita kreatif tidak perlu demikian. Sayang saya belum bisa menjelaskan beberapa ide ‘fresh’ premiumisasi karena belum kontrak dan takut ditiru competitor karena Premiumisasi sangat mudah ditiru competitor.

Intinya dengan expenses yang sama, kita bisa melakukan premiumisasi kok.
Premiumization tidak melulu menaikkan biaya produksi, tidak mustahil dengan biaya yang sama namun sedikit kreatif dan buka mata terhadap sekeliling. Listen to your customer… listen with your heart.

Ciri-ciri produk/jasa premium adalah jumlahnya yang sedikit saat ini dan biasanya mahal harganya. Contoh Premiumizaton yang cerdas di Indonesia adalah Silver Bird dimana mereka kini menggunakan Mercedes-Benz. Di saat bensin naik dan memaksa mereka menaikkan tarif, makin sedikit orang yang mau naik silver bird saat itu. Namun dengan mercy, mungkin sekarang untuk jarak tempuh dekat, orang yang tidak pernah naik mercy akan bela-belain naik silver bird. Bayar sedikit lebih mahal untuk sebuah premium experience. Saya tidak punya data kenaikan revenue silver bird, namun secara teori pasti ada kenaikan yang signifikan.

silver-bird-benz.png

Selain itu Celebrity Fitness yang merevolusi dunia fitness di Indonesia dengan Premiumizationnya. Siapapun bisa merasakan fitness seperti layaknya seorang celebrities.

Mungkin kalau Silver Bird launch sebelum bensin naik, hanya dengan gaya copy paste karena di Singapore, Jerman dan banyak negara lain, Mercy memang dipakai jadi taksi, menjadi tidak relevan dan sukses.
Namun, Premiumization ini dilakukan disaat yang tepat. Harga lebih mahal namun pengalaman premium didapatkan.

Tidak ada salahnya mempunyai wawasan yang luas. Yang salah adalah terlalu gampang copy paste apa yang dilihat di luar negri ;-p

3 Comments

  1. Hi Yoris!
    Gue setuju banget ma tulisan lo tentang premiumization yang sebenernya tidak harus berbiaya super besar dan hanya untuk merk papan atas aja. Kalo menurut gue, getting the experience adalah kata kuncinya. Let’s say, produk sabun krim sebenernya bisa melakukan konsep premiumization (baca : bukan cuma nambah ukuran kemasan 25% aja) dengan mengajak target market merasakan experience nyuci yang asik dan fun. Di India aja orang-orang nyuci berbondong-bondong, dan dilakukan dengan sangat akrab dan menyenangkan 🙂 Cuma yang masih menjadi pertanyaan gue adalah : apakah premiumization ujung-ujungnya hanya buat naikin kelas dan harga doank atau memberikan pengalaman yang lebih bagi pengguna?
    Btw, dah pernah mengunjungi pabrik Equil di Indonesia? Letaknya ga jauh kok dari Jakarta, tapi experience yang diciptakan, ruarrr biasa!! Bisa dijadikan studi kasus menarik mengenai premiumization.
    Just my two cents, Lisa

  2. Sebenarnya dengan kita memberikan pengalaman yang lebih, otomatis harga bisa ikutan naik. That’s the point of memberikan pengalaman lebih supaya harga kita naik or at least tidak turun harga.

    Karena perang harga hanya akan membawa product or brand ke komoditas.

    Pabrik Equil belum pernah… seru ya?
    Uda pernah dengar pabrik mobil di Jerman yang pemberian mobil ke customer bener2 ada ritualnya dan kita bener2 dikasih tau everything soal mobil tsb…

  3. dari dharmawangsa hotel ke menteng naik mercy silver bird 60ribu – itu aja jalanan kosong soalnya hari minggu.
    ngga kebayang kalo lagi macet haha…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.