Jerman kalah di Euro 2016?

Juara Dunia 2014 Jerman kalah di semifinal Euro 2016. Memang mereka kehilangan 3 pemain pilar seperti Matt Hummels yang kena akumulasi kartu kuning dan Sami Khedira + Mario Gomez yang cedera, namun yang ingin saya soroti di blog kali ini adalah penggunaan match analysis SAP. Seperti yang sudah saya tulis di blog ini dan saya jelaskan di berbagai seminar, salah satu kunci sukses Jerman juara dunia dan bahkan membantai tuan rumah Brazil 6-1 di semifinal adalah penggunaan big data analysis sejak 2013 bersama SAP.

Di perempat final, Jerman terbukti sukses menundukkan Italy dengan adu penalti lantaran kiper Manuel Neuer mampu gagalkan penalti dari Leonardo Bonucci dan Matteo Darmian. Bisa jadi lantaran tim nasional Jerman punya SAP Sports One Penalty Insights Function.

Namun namanya kekuatan alat tetap mampu dikalahkan oleh kreativitas manusia. Kenapa?

Karena kalau di Piala Dunia 2014, semua tim belum ‘siap’ berhadapan dengan timnas Jerman plus SAP Data Match Analysis. Kini di Euro 2016 semua tim yang berhadapan sudah tahu bahwa ‘sejarah data’ mereka diperiksa oleh SAP Challenger Insights sehingga mereka lebih siap dan berani ambil risiko untuk menurunkan tim yang tidak biasa.

Perancis misalnya, secara kebetulan tidak membawa Karim Benzema yang diduga terlibat dalam kasus video mesum rekannya di Timnas Prancis, Mathieu Valbuena. Striker Real Madrid itu diduga ikut memeras Valbuena.

Ketidaksertaan Benzema yang cukup mendadak, mungkin membuat data analytic SAP tidak bisa bekerja sempurna karena seperti kita ketahui selama ini Benzema adalah striker utama timnas Perancis. Belum lagi keputusan pelatih Didier Deschamps untuk tidak memainkan Adil Rami dan N’Golo Kante yang sebenarnya merupakan tim inti mereka pada saat berhadapan dengan Jerman.

Formasi yang selama ini fokus ke 4:3:3 mendadak berubah menjadi 4:2:3:1 dimana posisi Kante diambil oleh Moussa Sissoko yang tampil sangat baik saat menggantikan Kante saat Perancis melawan Islandia di perempat final.

Menuju era revolusi industri ke4 dimana big data, teknologi otomasi dan cyber industry akan mendominasi namun pada akhirnya intuisi pengambil keputusan tetap jadi sangat penting.

Saya sangat mendukung penggunaan big data (makanya saya juga dulu menulis soal kemenangan Jerman dengan bantuan big data) namun Euro 2016 menunjukkan juga bahwa human factor tetap sangat penting. Seperti saya pernah tulis di buku 101 Creative Notes, kumpulkan data yang relevan, lakukan interview dan banyak observasi namun pada akhirnya percaya pada intusisi.Saya cukup sering ‘bandel’ walau data menunjukkan hal yang berbeda. Misalnya newsletter yang saya kirim setiap senin sebenarnya tidak dianjurkan berbagai pakar. Menurut anak buah saya, dari hasil risetnya di internet, sebaiknya hindari kirim newsletter di hari Senin karena hari tersebut adalah hari sibuk. Toh saya kirim setiap Senin jam 8  pagi, sehingga newsletter dibaca saat mereka sedang menuju tempat kerja.

Intuisi ciptaan Tuhan sementara semua data yang ada bikinan manusia.

Namun kita tetap perlu data sebelum menggunakan intusisi kita. Dan harap diingat, intuisi seseorang akan semakin baik bila punya banyak pengalaman masa lalu dan pengetahuan masa depan.

Selamat memasuki era revolusi industri ke4 🙂

2 Comments

  1. Keren infonya..
    Tapi koreksi sedikit ya Mas Yoris, Jerman Kalahin Brazil 7-1 di Piala Dunia 2014 bukan 6-1..
    Thanks…

Leave a Reply to Yoris Sebastian Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.