Pencitraan vs Cari Muka

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kemarin Jokowi dilantik secara resmi sebagai Gubernur terpilih DKI Jakarta.  Seperti saya pernah tulis di blog ini (Kampanye Cagub DKI) saya ini netral dan tidak mau menggunakan kreativitas untuk memanipulasi pilihan masyarakat di pilkada.  Kecuali bila kandidat orang yang kenal sejak dulu dan saya tau benar-benar ingin melayani rakyat. Saya netral namun saya tentunya bukan golput, namun saya selalu rahasiakan pilihan saya untuk menjaga netralitas saya.

Menurut saya Jokowi merupakan salah satu contoh pencitraan yang baik dan dilakukan dari dulu secara konsisten.  Menurut saya tidak ada yang salah dengan pencitraan, yang jelek itu “Carmuk” alias cari muka.  Mereka yang terlalu fokus dengan seremonial tanpa ada makna lagi.  Mereka yang tidak konsisten di depan media dan di belakang media.  Kebetulan saya sempat 2 kali menulis soal Jokowi di blog ini, tentunya lantaran Jokowi terus menerus secara organik melakukan berbagai hal yang kreatif buat saya.

Dan karena pencitraan yang baik dan konsisten selama inilah, pelantikan Jokowi diliput secara live hampir semua stasiun televisi.  Bahkan di Solo,para pedagang kaki lima, tukang parkir, tukang becak hingga kuli pasar secara sukarela melakukan saweran untuk membuat bubur sumsum sebagai syukuran atas terpilihnya Jokowi.  Untuk mendapatkan hal seperti ini tidak akan bisa dengan pencitraan yang sifatnya seremonial dan tidak bermakna.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Banyak yang suka bingung kenapa ya, sudah seringkali melakukan pencitraan tapi kok tidak mendapat liputan atau sambutan yang meriah.  Menurut saya, karena yang dipikirkan adalah “What’s in it for me?”  bukan memikirkan apa dampak positif untuk masyarakat.  Sehingga seringkali pencitraan seperti ini sia-sia karena cenderung sekedar carmuk.

So, pilihan ada di diri kita masing-masing… mau carmuk atau mau pencitraan? Yang pasti dengan rekam jejak Jokowi, walau tidak mudah, saya berharap banyak dengan kepemimpinan beliau bersama Ahok akan membawa kita ke Jakarta Baru, Jakarta yang lebih baik.  Semoga…

6 Comments

    1. Yes, dengan era social media yang semakin meluas… yang bagus akan keliatan bagus… yang seremonial akan keliatan seremonial… focus on the impact bukan ke process atau quantity 😉

    1. yes betul sekali… dan nantinya biar masyarakat luas yang menentukan itu pencitraan atau carmuk 😉

  1. yang paling penting adalh..masyarakt kita udah pandai memilih yang mana asli dan tulus atau yang mana carmuk untuk kepentingan sesaat..karena pelajaran yang selalu berulang siklus lima tahunan di terima oleh rakyat

    1. yes… saya senang karena pada akhirnya sudah banyak masyarakat yang pandai memilih… at least sekarang saya berharap pada domino effect dari fenomena Jokowi dan setelah itu Ridwan Kamil Bandung.

Leave a Reply to Yoris Sebastian Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.