Sebenarnya sudah lama ingin menulis soal Jerman jadi juara Piala Dunia 2014 di Brazil lalu. Namun karena berbagai kesibukan akhirnya baru sekarang sempat menulis.
Mungkin sudah banyak yang menulis bahwa Jerman berhasil lantaran investasi terhadap pemain-muda mereka sejak kekalahan memalukan di Euro Cup 2000. Sejak itulah Jerman yang biasanya bergantung pada pemain-pemain senior saja mulai membenahi sistim pembinaan pemain muda mereka.
Yang justru disayangkan adalah Spanyol yang juga berhasil lewat pembinaan pemain muda mereka namun tidak berani melakukan regenerasi secara cepat.
Sama seperti di dunia bisnis, saya memang beruntung karena di usia 26 tahun sudah diberikan kesempatan untuk menjadi General Manager Hard Rock Cafe Jakarta. Namun setelah saya pikir-pikir, HRC pun beruntung bisa ‘menemukan’ saya yang di usia 26 tahun sudah punya hampir 7 tahun pengalaman kerja di HRC plus sekitar 4 tahun bersama majalah HAI.
Usia muda membantu saya bisa membuat banyak terobosan yang dieksekusi dengan baik oleh tim yang usianya beragam namun kompak bekerja dibawah bendera Hard Rock Cafe.
Selain itu saya juga menangkap satu fenomena baru dari kemenangan Jerman, apa ya?
Pemain muda berkualitas dengan jam terbang yang mumpuni mungkin tidak hanya dimiliki oleh Jerman. Namun mereka secara cerdas juga memanfaatkan sebuah tool bernama Match Insight yang didevelop oleh SAP yang biasa bergerak di bidang bisnis.
Menggunakan metode crowdsourcing dari sekitar 50 mahasiswa Universitas Olahraga Cologne yang memang penggemar sepakbola, management tim Jerman mengumpulkan data-data dari setiap tim lawan yang akan mereka hadapi sebelum dan selama Piala Dunia.
Tak heran bila Jerman kemudian membantai tuan rumah Brazil. Mereka punya data permainan Brazil tanpa Silva dan Neymar dalam 4 tahun terakhir. Saya pun jadi paham kenapa mendadak Klose yang biasanya jadi super-sub, mendadak dijadikan starter, mungkin karena analisa match insight yang menganggap Klose lebih cocok di awal.
Sebenarnya sama seperti di perusahaan, masih banyak perusahaan yang tidak mau melakukan analisa dari data yang sebenarnya sudah dan tinggal diolah sehingga pengambilan keputusan (walau tetap menggunakan intuisi) bisa lebih grounded.
1 Comment
“masih banyak perusahaan yang tidak mau melakukan analisa dari data yang sebenarnya sudah dan tinggal diolah sehingga pengambilan keputusan (walau tetap menggunakan intuisi) bisa lebih grounded ”
Setuju banget sama yg diatas, sesuai dengan pengalaman saya bekerja di perusahaan. Semoga nanti saya bisa menerapkannya pada peusahaan saya sendiri di masa depan 😀 ..aamiin
Sukses selalu bang yoris !