Meet Johnny Bunko – The last career guide you’ll ever need

Inovasi memang tidak pernah berhenti. Please welcome…. Johnny Bunko…. When Business Book collide with Comic. Sebenarnya buku sudah cukup lama… saya sempat lupa lantaran nggak masuk-masuk ke Indonesia.

Beruntung, saat Lentera Jiwa masuk Kick Andy dan ramai dibicarakan di milis-milis, blogs dan facebook tentunya… tiba-tiba saya ingat lagi dengan buku ini.

Langsung, saya buka my lovely white Macbook putih  dan pesan buku ini di amazon.com berhubung dimana-mana tidak ada yang jual.  Mungkin someday saya harus jadi Associate Buyer di sebuah toko buku di Jakarta biar pilihan bukunya seru-seru 😉 Johnny Bunko ini aja banyak banget yang nanya… sayang harus pesen ke amazon.

(Post ini baru saya lanjutkan setelah buku saya terima dan selesai baca)

Wah ternyata enak banget baca buku bisnis versi komik… selesainya cepat (1 malam langsung selesai) dan pesan intinya masuk dengan jelas.

Kebetulan buku ini cukup mirip dengan apa yang saya kerjakan selama ini:

Lesson no. 1. There is no plan

Yup, saya awalnya mengalir saja… I have no plan for my career… but I take a job yang saya suka… I join company who let me do interesting work in a cool place.  Sebut saja mulai dari Majalah Hai sampai akhirnya Hard Rock Cafe Jakarta.

Saya sempet bingung waktu ditanya apakah saya mau jadi fotografer? wartawan? atau restaurateur? Dalam kebingungan itu saya jalankan saja semua pekerjaan saya dengan sebaik mungkin… as long as i relly like the job… waktu tidak terasa… padahal awalnya gajinya sedikit lho…

We need to make a smart choice, bukan hanya dari besaran gaji semata.

Lesson no. 2. Think Strengths, Not Weaknesses

Ini yang mungkin sering dibilang orang, saya terbilang positive thinking… bahkan dalam sebuah program di O Channel, Vera mantan sekretaris saya di HRC dulu juga ingatnya begitu 🙂

“Successful  people don’t try too hard to improve what they’re BAD at.  They capitalize on what they are GOOD at”

Sebenarnya hanya based on reality bahwa setiap manusia itu punya strengths dan weaknesses, nah buat apa kita fokus ke kekurangan kita?

Memang agak susah ya, dulu waktu kecil para guru selalu fokus ke anak-anak yang kurang bagus nilainya.  Kalau matematikanya jelek, kita disuruh les.

Pas kerja, saya coba cara berpikirnya dengan menggunakan teori pelatih sepak bola (Untung juga seneng main Winning Eleven ;)) Setiap pemain punya kekuatan masing-masing… sama seperti karyawan, kita harus fokus ke strengths mereka.

Lesson no. 3. It’s not about You.

Kalau yang ini, sebenarnya saya belajar dari sebuah quotes film Star Wars “He Gives Without the Thought of Rewards”

Jadi saya enjoy pekerjaan saya… tidak berpikir untuk imbalan atau promosi… eh malah saya terus yang di promote 🙂

Malah saya dulu terbilang bandel di HRC… waktu sedang cross training di Bar, saya malah bolos pergi party ke Prambors Cafe bersama pacar saya… eh disana malah ketemu Mas Iwan, Training Manager HRC… Ooppps, gottcha… Untungnya walau saya tidak minta… Mas Iwan tidak aduin ke top level…

Jadi walau saya jadi GM lokal pertama di Hard Rock Cafe se-Asia, saya juga bandel kok 🙂 Yang penting saya selalu berpikir whats best for the company… not for me.  Jadi kalau saya sukses dengan program I Like Monday, saya enjoy sebagai karya saya.  Bukan langsung datang ke boss dan bertanya “Buat saya apa nih boss? Kan I Like Monday udah sukses dan bikin profit gila-gilaan”

Lesson no. 4. Persistence Trumps Talent

Walau saya selalu ‘mengalah’ dan menjalankan sebaik mungkin perintah atasan, namun untuk beberapa ide yang saya sangat ‘percaya’ saya akan terus propose dengan berbagai alasan.

I Like Monday juga cukup lama persiapannya.  Malah sempet serem karena eventnya setiap minggu, sementara waktu itu persiapan mau bikin event Valentine aja perlu beberapa bulan.

So if you want it… you got to BELIEVE… you got to persistence… give more reasons to your bosses to approve you ideas.

Lesson no. 5. Make Excellent Mistakes

Yup, kalau dipikir-pikir sebelum menggelar I Like Monday… tetap ada 50% chance program tersebut gagal lantaran hari Senin memang hari yang sepi dan orang-orang males keluar.

Atau kira-kira mau nggak ya, orang-orang pergi liburan ke tempat yang  masih rahasia.  50% chance program MTV Trax Destination Nowhere akan gagal karena orang-orang gak ada yang mau ikutan.

Tapi saya terus melaju, dengan penuh perhitungan dan kalau masih gagal juga… at least I’ve tried my best to make excellent mistakes 😉 Karena kalau tidak mau punya resiko gagal akhirnya kita akan bikin hal yang sama-sama terus alias mediocre.  Wajar dong kalau gagal, we are trying to do something nobody else has done.

Lesson no. 6. Leave an Imprint

“Sekali ku hidup, sekali ku mati. Aku dibesarkan di Bumi Pertiwi. Akan kutinggalkan warisan abadi. Semasa hidupku sebelum aku mati”

Demikian sepenggal quotes dari sang Maestro, Gesang yang mengajarkan saya Eternal Heritage alias Warisan Abadi. Lewat lagu Bengawan Solo, ia meninggalkan warisan abadi buat negri tercinta ini.

Walau berharap hidup panjang, kita tidak pernah tau kapan kita dipanggil sama Tuhan.  Makanya semasa hidup, saya ingin bikin hal-hal yang nantinya bisa dikenang sepanjang masa.

“Bagi Yoris, karya monumental adalah cermin dari eksistensinya. Ia merasa ada dan diakui lingkungannya hanya jika mampu menciptakan sebuah karya besar yang pantas dikenang, Maka perjalanan karir diisinya dengan kreativitas, inovasi dan terobosan” demikian ungkapan Yuswohady, salah satu juri Young Marketers Award di majalah SWA edisi YMA.

Sejak di SMA PL, saya tidak mau coret-coret tembok bilang PL Bagus… saya suka orang lain yang bilang bahwa PL bagus…

8 Comments

  1. pertama baca tulisannya yoris, bingung dengan yg nomor 1, setelah lihat websitenya (dikasih lihat 61 halaman pertama bukunya) jadi ngerti maksudnya …

    sejak awal tetap ‘minat’ harus lebih dikedepankan daripada perkiraan masa depan. sering kali kita memilih pendidikan dengan pertimbangan mudahnya cari kerja atau kalau kerja bisa dapat gaji tinggi.

    jadi tidak perlu membuat plan jangka panjang yg mengatur agar nanti dapat karir yg tinggi. karena hal ini akan membatasi pilihan sehingga ada kemungkinan tidak sesuai dengan minat …

    sayang sekali yg gratis cuma nomor1 jadi gak bisa komentar yg lain … coba nyari dulu buku nya … buku bagus (good choice yoris)

  2. WAW…gw suka tulisannya..sederhana en inspiratif, jadi baru nyadar nih, selama ini yang bikin bingung itu, justru kalo kita kebanyakan rencana tentang akan menjadi apa kita di masa yang akan datang…prinsip pertama wajib jadi catetan buat orang-orang yang ingin menikmati hidup…yang penuh kejutan.Thank’s YORIS..en salam kenal

  3. yup… thanks boen… i’ll post all the creative and inspired books from now on… sayang sih toko2 buku kita kurang sigap… tapi kemarin di pesta blogger sudah ketemu penerbit lokal yang konon akan segera meluncurkan “Johnny Bunko” in Indonesian language.

  4. buat Igo salam kenal juga…. yup intinya sih Happynomics

    Dimana kita tetap mengutamakan economy namun tidak melupakan passion kita…

    Jangan juga hanya idealis tapi nggak menghasilkan uang…. nggak makan nanti 😉

Leave a Reply to yoris72sebastian Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.