Minta Daftar Pertanyaan Saat Akan Wawancara?

Baru saja kita dihebohkan dengan batalnya taping interview Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di acara Kick Andy.  Seperti biasa, saya mencoba netral dan tidak mau ikut campur tentang siapa yang benar atau salah karena masalahnya lebih kompleks. Namun saya coba ambil inspirasi positif yang bisa kita ambil sesuai kapasitas kita masing-masing.

Saya juga dulu wartawan di majalah HAI.  Sayang saya belum sempat menerapkan konsep daftar pertanyaan tidak dikirim saat saya masih menjadi wartawan.  Hampir semua narasumber selalu minta dikirimkan daftar pertanyaan.  Dan saya, sebagai wartawan junior selalu turuti permintaan tersebut walau menambahkan satu baris tulisan: “Pertanyaan bisa berkembang pada saat wawancara”

Idealnya, setiap narasumber yang memang expert di bidangnya tidak perlu takut untuk tidak bisa menjawab pertanyaan apapun selama itu sesuai dengan expertise mereka.  Justru menjadi pertanyaan, kalau seseorang minta untuk mempersiapkan jawaban.  Apakah narsum ini kurang ahli sehingga harus dipersiapkan materinya?

Saya sendiri beberapa kali menjadi narasumber Kick Andy.  Saya tidak masalah karena saya tidak tahu daftar pertanyaanya.  Di episode “Young On Top” misalnya, saya di ‘kick’ oleh Bang Andy Noya setelah diwawancarai berbagai prestasi kreatif saya, saya ditanya pertanyaan yang cukup sensitive, “Dengan semua prestasi ini, kamu pasti lulusan universitas dari luar negri”

Kaget juga, namun saya harus jawab jujur bahwa saya ini hanya lulusan SMA, sempat kuliah namun tidak lulus karena sibuk bekerja.  Setelah selesai interview, Bang Andy baru memberikan inspirasi kepada semua pemirsa bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh dia lulusan darimana.  Ada yang Anies Baswedan lulusan luar negri bisa sukses di usia muda, namun ada juga Yoris Sebastian yang hanya lulusan SMA bisa sukses di usia muda.

Namun tentunya inilah yang harus diraih setiap jurnalis, memiliki rekam jejak bahwa acara yang dipandu atau rubrik yang ditulis selalu mengangkat inspirasi positif dan setiap pertanyaan sudah disiapkan secara matang. Kalau boleh jujur, sejak media bisa terbit tanpa SIUP, jumlah media mendadak jadi banyak sekali.  Dampaknya jumlah jurnalis seketika harus banyak, siap atau tidak siap.  Saya dulu sangat lama menulis berbagai artikel yang tidak dimuat, hingga akhirnya dipercaya menulis untuk majalah HAI.

Sangat disayangkan kalau masih ada jurnalis yang pergi interview seorang narasumber tanpa mempelajari narsumnya terlebih dahulu.  Kalaupun di Kick Andy saya diminta menjelaskan “Apa saja karya yang pernah anda bikin dan dikenang?” Bukan berarti beliau tidak tahu sama sekali, namun lebih supaya para pemirsa mendengar langsung dari saya.  Dan karena beliau mengetahui betul, beliau bisa mengikuti jawaban saya dengan berbagai follow-up questions yang bagus.  Bukan sekedar stand-by untuk pertanyaan selanjutnya.

Kalaupun narasumber ingin lebih prepare, tonton tayangan-tayangan sebelumnya.  Baca artikel-artikel dari jurnalis yang akan interview, dijamin akan lebih siap karena sudah lebih mengenal media yang akan wawancara. Kalaupun misalnya saya diundang oleh media untuk wawancara soal industri kreatif, ya saya akan pelajari data-data dan angka terkini soal industri kreatif, sehingga siap saat ditanya soal angka-angka.  Kalaupun masih ada angka yang saya tidak tahu, ya saya jawab jujur saya tidak tahu. Sekarang jaman transparan kok.  So prepare yourself, namun jangan minta daftar pertanyaan selama media yang interview bonafid.

Tulisan aslinya sudah dimuat di website Kick Andy

4 Comments

    1. Yes, kalaupun ada ada data2 yang harus disipakan, bisa disiapkan berdasarkan topik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.