Budi Soehardi – CNN Heroes 2009 dan Inspirasi untuk CSR

Sungguh membanggakan melihat rekaman acara CNN Heroes 2009 yang diselenggarakan di Kodak Theatre akhir November lalu bertepatan dengan perayaan Thanksgiving di America.  Budi Soehardi terpilih sebagai salah satu dari sepuluh penerima award.

IMHO, This is a HEADLINE material for our newspaper
IMHO, This is a HEADLINE material for our newspaper

Saya merinding saat melihat Budi Soehardi from Indonesia menerima award dari Kate Hudson (Aktris International yang juga aktif di Wild Aid), yang sebelumnya membacakan narasi tentang Budi Soehardi.  Untuk yang belum melihat bisa klik ke http://www.youtube.com/watch?v=8piacipZ5wU

Lebih terharu lagi saat mendengar Budi menjelaskan, “Heroes sebenarnya adalah istri dan 3 anak saya, mereka mengorbankan liburan mereka selama ini, walau sebenarnya bisa travel dengan fasilitas first class yang saya dapatkan dari fasilitas jabatan sebagai pilot.  Tapi mereka memilih budget liburan dipakai untuk membantu Roslin Oprhanage”.  Betul juga ya, kalau keluarga Budi tidak setuju toh biasanya ayah tidak bisa memaksakan kehendak.  Rumah yatim piatu ini bisa besar karena support dari semua anggota keluarga.

Berawal dari tahun 1999, saat mereka sekeluarga yang tinggal di Singapore menonton berita soal East Timor.  Awalnya hanya ingin melakukan hal yang berbeda untuk liburan kali itu.  Sebernarnya setelah kesana memberikan sumbangan, pakaian dan makanan mereka bisa saja pulang dan berkata “We’ve done enough in our capacity” Namun Budi sekeluarga akhirnya tergerak untuk membangun rumah yatim piatu bernama Roslin Orphanage.

Yang menarik disini mereka tidak menamakannya Soehardi Orphanage, tapi Roslin Orphanage yang diambil dari sepasang yatim piatu pertama yang mereka Bantu saat itu. Saya jadi ingat dengan Taman Baca dan Poligigi gratis di Batu, Jawa Timur yang juga dinamakan Amin bukan dengan nama pendirinya.

Sejak tahun 1999 itulah, budget liburan mereka selalu dipakai untuk rumah yatim piatu yang mereka miliki di East Timor hingga sekarang.  Jadi mereka practically selalu liburan ke East Timor, walau punya privileged untuk travel around the world karena merupakan anak seorang Pilot di Singapore Airline.

Mungkin kita memang harus merasakan dulu nikmatnya berbuat baik dan akhirnya ketagihan.  Saya sendiri pernah merasakan nikmatnya melihat buah kebaikan kita berhasil, walau masih sangat amat jauh kalau dibandingkan dengan apa yang dilakukan Budi Soehardi sekeluarga.

Picture 16

Dulu jaman saya fotografer, saya sering cetak foto di Rapico Melawai.  Disana saya sering bertemu dengan seorang penjual Koran dan majalah bernama Nardi.  Ada banyak penjual majalah yang berkeliaran di kawasan melawai, namun saya selalu beli dan sesekali memberi uang kepada Nardi.  Kenapa? Karena Nardi selalu belajar sambil berjualan majalah dan Koran. Jadi pagi hingga siang Nardi sekolah, sore dan malam berjualan.  Dia punya semanagt untuk maju yang luar biasa.
Sampai suatu ketika saya bekerja di Hard Rock Café dan melihat ada peluang untuk Nardi hanya kerja part time 4 jam di cleaning service namun bisa mendapatkan uang yang jauh lebih besar daripada menjual Koran dan majalah.  Jadi selain mendapat uang yang lebih besar, Nardi punya waktu lebih banyak untuk belajar tentunya.

Setelah itu saya sudah lupa dengan kisah Nardi ini.  Hingga beberapa bulan lalu, saya mendapat message di wall Facebook saya.  “Halo ini Nardi tukang majalah yang dulu… senang sekali bisa menemukan Yoris di FB, sekarang saya sudah jadi arsitek… saya lulus S1”

Wow, perasaaan senang yang tiada taranya membaca seorang Nardi sudah lulus sarjana.  Bayangkan seorang tukang penjual Koran dan majalah, bukan saja survive untuk hidup namun bisa menjadi seorang sarjana.

Feeling rewarding adalah sebuah perasaan yang tidak bisa dinilai dengan uang.  Saya yakin setiap orang bisa menjadi Hero dengan kapasitas yang mereka miliki masing-masing.  Lalu mungkin ada yang lantas berguman, “Yoris kan sudah sukses jadi bisa charity, Budi Soehardi kan Pilot sehingga bukan dana lebih untuk charity”.  Namun saya tekankan disini, charity bukan berdasarkan berapa besar yang kita berikan, namun seberapa ikhlas kita lakukan.

Budi Soehardi sekeluarga hanya membantu 47 orang orphanage di East Timor, tidak ada apa-apanya dibanding apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.  Namun saya merinding dan terharu, karena mereka mengorbankan liburan mereka sekeluarga untuk kepentingan yatim piatu yang jumlah makin berkembang setiap tahunnya.  Jadi lakukan sesuai kemampuan kita namun punya positive impact untuk penerimanya.

Malah saya mendapat inspirasi baru dari kisah Budi Soehardi, dibanding kebanyakan CSR yang saya tahu, kita terbiasa hanya memberikan charity kepada yang kurang mampu.  Sementara apa yang dilakukan Roslin Orphanage adalah memberi rumah dan sawah untuk anak-anak ini.  Hasil panen sawah digunakan untuk makan dan lebihnya bisa dijual untuk hasilnya nanti dipakai untuk kebutuhan yang lain.

Saya mengajak perusahaan-perusahaan untuk sedikit lebih kreatif dalam mengeluarkan budget CSR mereka.  Dalam berbagai penjurian yang saya hadiri, banyak perusahaan yang memaparkan program CSR mereka, yang kalau dicermati lagi sifatnya baru sekedar charity.  Harus bedakan charity dengan CSR, dan upayakan supaya kita memberi mereka ‘pancing’ instead of hanya memberikan ‘ikan’ karena dengan pancing dan ikan, lama-lama mereka bisa mandiri dan tidak memerlukan ‘ikan’ lagi dan kita bisa menolong orang lainnya lagi.  Begitulah terus berkesinambungan seperti kisah Budi Soehardi…

(Sesuai dengan postingan Yoris Sebastian untuk www.kickandy.com)

Kalau ada yang ingin ikut membantu Pak Budi, please visit http://www.roslinorphanage.org

33 Comments

  1. Kadang-kadang, kita merasa punya niat untuk amal saja sudah cukup. Apakah itu hanya bentuk uang saja, kita tidak mau berpikir lebih jauh tentang uang itu mau kita apakan. Mungkin akan lebih baik kalau kita berpikir kreatif supaya bentuk amal itu bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang berguna untuk jangka panjang, bukan sekedar untuk beli beras hari ini saja.

    1. yes Vicky, kalau hanya beras nanti akan habis… tapi kalau ada sawah mereka bisa bekerja dan mandiri 😉

  2. Selamat sore saudara semua
    Memang sangat senang sebagai warga Indonesia bisa punya pak Budi dan keluarga nya.

    Perlu sedikit koreksi, panti asuhan kami ada di Kupang , di Indonesia danbukan di East Timor. Memang pada mula nya pak Budi dankeluarga membantu para pengsungsi tetapi panti asuhan di bangun untuk anak anak Indonesia.
    Kapan2 silahkan mampir. Saya akan kesana dalam waktu dua hari dari sekarang.

    Indian

    1. Terima kasih untuk koreksinya Indian 🙂 Koreksi ini sangat penting karena mungkin hal inilah yang membuat kemenangan Pak Budi tidak terlalu di beritakan di media2 karena disangka berada di East Timor.

      mudah2an someday bisa mampir…

  3. Pak Budi merupakan seorang pejuang yang penuh dengan pengorbanan. tidak menggunakan waktu libur bersama keluarga bukan merupakan sebuah masalah. tapi tidak “berkorban” demi orang dibawah (anak yatim,dan orang miskin lainnya) itu yang merupakan masalah. saya sangat kagum dengan pengorbanan beliau. salut-salut…benar-bener menginspirasi. terima kasuh mas yoris untuk beritanya. semoga dengan blog ini media-media diindonesia tahu akan informasi ini.

    1. Setuju mas Johan, semangat berkorbannya luar biasa… semoga akan ada media yang mengangkat berita ini, karena yang penting inspirasi ke orang banyak untuk ‘berbuat’ sesuatu sesuai kapsitas masing2

  4. nangis saya nih mas yoris, syaa juga berharap soon saya pengen berbuat baik. dan saya setuju untuk ngasih pancing bukan ikan. saya sekarang lagi di inggris dan soon ketika saya balik, saya pengen meng-arrange temen2 saya untuk ngasih skill sama janda2 yang ditinggal mati suami yang masih punya tanggungan anak di kota saya, dan berharap bisa ngumpulin dana untuk membuat industri kecil untuk mereka kerja dimana profitnya adalah untuk membuka skolah life skill bagi yang kurang mampu. please cross finger for me

    1. Wow… tidak sabar menunggu madame salsa pulang dari UK… cross our finger… giving is the new taking 🙂

    1. thank you indri… saya memang posting dengan harapan begitu… saya yakin banyak orang yang sudah punya niat baik… namun kita harus memberikan ikan dan pancing, sehingga lama2 mereka bisa mandiri dan mencari ikan sendiri.

  5. Saya sedang mendampingi pak Budi interview dengan Chanel News Asia nya Singapore sejak kemarin

    Sungguh saya sangat ksgum dengan beliau dan istri nya yang betul2 down to earth

    Saya sangat beruntung bisa sama2 dengan mereka disini

    Indian

  6. wow…in this month of christmas, it’s good to have a heart of giving.. Let us create atmosphere of giving in Jakarta and even Indonesia…coz Christmas is all about giving.. 😉

  7. Wow, berita yang menarik…

    Satu catatan penting lain buat saya adalah nasionalisme tidak harus selalu dibuktikan dengan tinggal di dalam negeri atau bekerja di perusahaan lokal. Sumbangan perhatian terhadap negara dan bangsa juga sangat berarti.

    Kalau kita hubungkan antara kisah ini dengan pengumpulan koin untuk Prita Mulyasari, kita bisa berkata betapa solidaritas dan perbuatan baik tidak selalu harus identik dengan kemampuan finansial yang berlebih. Perhatian, waktu, dan tenaga juga merupakan sumbangan berharga yang bisa diberikan selain sumbangan materi (walaupun tidak bisa dipungkiri uang sangat besar artinya dalam zaman neolib ini…)

    Catatan yang lain, kekompakan dalam keluarga sangat penting sebelum mampu bergerak ke luar, memberikan lebih kepada komunitas yang lebih besar. Izin pasang tautan ya….(tapi belum ditulis hehehe….)

  8. [Talking about cyber voices, there is one nice post came from blogger Yoris Sebastian about Budi Soehardi who received CNN Heroes 2009 award…]

  9. Seperti yang dikatakan Pak Budi sendiri,”Saya sebenarnya bukan truely hero, melainkan pahlawan yang sebenarnya adalah my wife.” Itulah yang dikatakan bahwa di balik laki-laki hebat, ada sosok wanita hebat dan sebaliknya. Saya salut dengan Pak Budi beserta istri dan anak-anaknya pula. Maju terus Pak Budi dan semoga tetap menjadi inspirasi bagi kita semua. Amin.

  10. Paling enak memang berbagi kepada sesama,… Apalagi klo itu dapat membantu banyak orang,…. Pak Budi Soehardi dan Keluarga benar2 menjadi Inspirasi buat banyak orang untuk terus membantu orang2 yang ada disekitar mreka,..bergandengan tangan itu indah,… Oh ya bang Yoris,.salam ya buat Pak Budi Soehardi dan Keluarga dari Saya Roy sinaga,..dari Medan

    1. Saya juga belum pernah ketemu dengan Pak Budi Soehardi… kemarin waktu shooting Kick Andy, teman saya di Kick Andy lupa mengingatkan saya untuk nonton sehingga sampai saat ini saya belum ketemu beliau 🙂

      Stay in touch ya 🙂

  11. Lebih baik memberi Pancing daripada ikan,… Bagus sih,…tapi buat kita yang jauh,.sperti saya di Medan,.gmana caranya memberi “Pancing” kepada mreka yang membutuhkan bang Yoris,….?slama ini saya hanya bisa memberi “ikan” pada saudar2 kita yang membutuhkan,…..

    1. Sudah cukup bagus kok Roy kalau kita biasa memberi ‘ikan’ kepada saudara2 yang membutuhkan. Postingan saya terutama buat perusahaan yang seringkali melakukan CSR sekedar untuk seremonial saja. Padahal kalau CSR nya sifatnya memberi ikan dan pancing kan bagus karena nantinya mereka bisa mandiri.

  12. I met Pak Budi Soehardi last week in the church of GKI Kebayoran Baru at Panglima Polim. He is truly a very generous man yet a humble man too.

    He testified so many great thing happened for Roslin Orphanage. He said they are all God’s Great Creation…
    Not his…

    We exchaged phone numbers and FB accounts and emails so then we can chat for any further action…

    I will say to him all good comments here…

    Take care n GBU all…

    1. wow… I would love to meet him in person… must learn many things from him… lucky you…

      and if ever i need his phone number i’ll email you directly ya… GBU too

Leave a Reply to Indian Tabriz Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.