Di dalam OMG Workshop “Community Marketing” dan berbagai In-house Training dengan topik yang sama, saya selalu membawa contoh Kartu As yang dengan jeli menjadi problem solver bagi Slank, salah satu band dengan fans terbesar di Indonesia. Slankers datanya sangat manual dan sulit untuk berkomunikasi, dengan adanya Kartu As edisi Slank, mereka dengan mudah mendapat info-info terbaru dari band kesayangan mereka.
Kartu As menuai sukses besar di tahun 2006 dan saya gunakan sebagai contoh di berbagai seminar soal community marketing.
Di koran Kompas hari ini, tampak iklan Esia di Seremonia dimana Erik Meijer (yang kini di Esia) dan para member Slank mengeluarkan handphone dan kartu Esia buat Slankers Sejati.
Memang perang di industri telco operator semakin seru, apalagi 95% market dikuasai market pre-paid yang cenderung tidak loyal. Wah jadi penasaran nih dari sekitar 1,5 juta pengguna kartu As edisi Slank yang waktu itu di launch di 2006, sekarang tinggal berapa yang masih menggunakan Kartu As tersebut.
Jadi merancang community marketing plan kini memang harus semakin hati-hati. Diperlukan bonding yang lebih kuat sehingga komunitas tidak dengan mudah pindah begitu saja. Kecuali bila objective nya memang hanya jangka pendek saja 😉
7 Comments
community marketing esia itu mirip dengan iklan-iklan yang dulu dibintangi tukul, yang seiring menanjak karirnya bersama 4 mata. dan kini iklan-iklan itu tidak muncul lagi bebarengan dengan turunya rating 4mata yang kini pemirsanya telah mengalami titik jenuh.
untuk hal itu, saya kurang setuju. Iklan-iklan yang dibintangi Tukul sangat tradisional… tidak membuat community sama sekali…
Untuk Esia, komunitas slankers dirangkul (kalau tidak mau dibilang) direbut dari kartu As Telkomsel 😉 mudah-mudahan mereka mampu mempertahankan komunitas tersebut dengan berbagai program yang menarik dari Slank tentunya… Jangan sampai Slank pindah lagi ke operator lain…
iya, juga se. semoga uang tidak buat mereka berpaling.karena di Indonesia sulit nyari bintang iklan atau bintang film yang loyal.
sebenarnya both ways… brand juga perlu terus ‘memelihara’ supaya bintang iklannya tidak lari 😉
Gue abis nonton JustAlvin di MetroTV yang bintang tamunya Slank. Menarik karena beberapa hal. Pertama, selama 25 tahun, Slank udah berhasil membangun brand-nya yang alhamdulilah punya pengaruh positif pada Slankers, otomatis udah menarik banyak sponsor untuk nempel ke brand Slank. Kedua, brand itu dibangun bukan sekedar NATO (not action talk only) tapi dengan menjadi role model terutama untuk isu anti narkoba. Ketiga, khusus untuk film Generasi Biru, aku berubah pikiran tentang Mas Garin Nugroho yang menurut aku sering bikin film2 yang susah dicerna. Keempat, Slank masih punya visi jangka panjang :p jadi masih banyak kesempatan buat yang mo nempel sama brand-nya.. Kelima, CMIIW..
speak2 soal figur jadi ICon produk, sama juga berarti dengan CaPres kita yang main figur untuk narik masa,…saya masih bingung produk yang sandarkan pada figur,simiotika kasus slank dngn esia blum dapat saya maksudnya gimana, pasti lah ada alasan jelas konseptor iklan esia itu,.. .iklan tidak hanya hanya marik tampilan tapi bisa berkomunikasi, lebih mengenai iklan rokok. contoh X mild identik dngn Musik, DjaruM Blak dengn Inovasi dan otomotif, Djarum super dgn Adventure nya. iklan kyak gini lebih mengena masyrakat, oia lupa Coca cola identik dengn suasana santai..
wah mantaf tuh bisa kerjasama dg Slank..sukses terus buat Esia 🙂