Selamat Jalan Krisbiantoro

Salah satu interview Creative Junkies Meet The Maestro (CJmaestro) yang banyak sekali memberi inspirasi adalah wawancara saya dengan Krisbiantoro.  Saya sungguh beruntung sempat membuat rubrik CJmaestro untuk majalah Intisari selama 1 tahun lebih lamanya.  Interview dengan senior memang sudah sering saya lakukan untuk memperkaya wisdom saya.

Pada saat OMG Consulting terlibat dalam project Recreating concept of Intisari magazine dan saya diminta juga punya rubrik, saya langsung teringat kebiasaan saya ini.  Apalagi banyak pembaca setia Intisari yang cukup berumur, namun bagaimana caranya menarik pembaca muda supaya mau membaca Intisari lagi.

Rubrik CJmaestro kami lakukan sebelum new concept dijalankan, sehingga ada contoh rubrik yang menarik untuk pembaca muda karena saya sajikan wisdom yang masih relevant dengan jaman sekarang dan narasumber tidak asing untuk pembaca loyal Intisari. This is part of Execute Inside The Box process.

Saat wawancara dengan Bung Kris, otak saya menari-nari dengan banyak sekali inspirasi.  Salah satunya adalah?

Krisbiantoro ‘belajar’ di Australia sehingga saat kembali ke Indonesia, beliau menjadi entertainer yang beda dengan entertainer yang ada.  Belum lagi secara YOUnique dia meneruskan kebiasaan meneriakkan “Merdeka” di setiap kesempatan yang ada.  Maklum dia adalah relawan dalam operasi Trikora sehingga walau sudah ke Australia dan menikah dengan wanita asal Vietnam, kecintaan terhadap Indonesia tidak pernah pudar.  Kita seringkali lupa dengan something that’s really YOU… ini yang orang lain tidak punya.  Master Ceremony Koes Hendratmo misalnya tidak bisa ikut-ikutan meneriakkan “Merdeka!”

Inspirasi lain yang saya tangkap adalah untuk mereka yang budget menyekolahkan anak ke luar negri, sebaiknya saat kecil sang anak diberikan banyak pengalaman yang sangat Indonesia.  Tentunya tidak persis Bung Kris yang lewat jalur militer, namun bisa saja dengan liburan ke berbagai pelosok Indonesia.  Sehingga saat kuliah di luar negri nanti, kecintaan terhadap Indonesia sudah kental.

Selain itu, saya menangkap bahwa kalau waktu itu Australia membuat Bung Kris beda, saat ini mungkin sudah terlalu banyak yang ke Asutralia.  Sekali lagi kalau kita punya budget untuk kuliah di luar negri, harusnya cari info tentang kota yang sedang emerging atau negara yang diramalkan akan sukses di masa yang akan datang. Di majalah Monocle biasanya sering meramalkan ini.

Untuk yang sedang berencana kuliah di Cairo, terinspirasi novel Ayat-ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih, sebaiknya mencari kota yang lain. Kenapa? sudah terlalu banyak yang kuliah disana. Takutnya pada saat pulang tidak terlalu beda lagi.

Atau untuk yang sedang mengajukan beasiswa tapi misalnya ke Cairo karena memang tersedia di Universitas disana, bisa coba cari jurusan yang berbeda, yang belum ada di Indonesia. So pada saat pulang ke Indonesia benar-benar beda.  Seperti Bung Kris waktu itu…

Selamat jalan Bung Kris, terima kasih untuk berbagai inspirasi positif yang sudah diberikan untuk bangsa ini. May you rest in peace.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.