Industri Kreatif – Jangan Menunggu Fasilitas

Yup, sebenarnya itu komentar saya soal industri musik 2 tahun lalu saat interview dengan Orin, wartawan Kompas yang meliput IYCEY 2006 untuk kategori musik yang diselenggarakan oleh British Council. Seperti kita tau, musik Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negri sendiri walau tidak ada fasilitas quota untuk lagu barat dijalankan. (Saat ini para musisi Malaysia sedang mengajukan peraturan untuk pembatasan lagu Indonesia yang diputar di radio-radio. Maklum lagu-lagu kita mendominasi radio dan juga berbagai award di Malaysia).

Sejak kemenangan saya di London itulah, saya mulai sering diundang berbagai pihak (termasuk pemerintah) untuk berbicara soal industri kreatif. Maklum, Inggris memang merupakan negara pertama yang mengangkat industri kreatif sebagai salah satu industri andalan setelah pabrik-pabrik yang dulunya menjadi primadona terpukul oleh pabrik-pabrik asal China yang mampu memberikan qualitas yang sama dengan harga yang relatif murah. Akhirnya Inggris terjebak perang komoditas dan kalah. Untung mereka segera sadar bahwa dulu mereka sebenarnya banyak mendapatkan penerimaan pajak dari musik misalnya… sebut saja Rolling Stones, The Beatles dan masih banyak lagi musisi Inggris yang berjaya di dunia termasuk di Amerika.

Dalam pertemuan awal dengan Departemen Perdagangan, saat itu mereka sedang merancang Indonesia Design Power (yang akhirnya menjadi bibit awal Indonesian Creative Economy lahir). Apalagi wartawan mulai rajin menulis soal industri kreatif. Bola salju terus menggelinding, mendadak semua pihak heboh dengan industri kreatif (yang isinya sebenarnya bukan hal baru di Indonesia) sampai akhirnya DepDag siap dengan konsep cetak biru Creative Economy Indonesia yang disebut dengan “Triple Helix” dimana diperlukan peran serta dari 3 pihak yaitu Pemerintah, Akademisi dan Pengusaha sebagai fondasi industri kreatif Indonesia.

Terus terang banyak yang antipati ataupun pesimis dengan ide ini. Saya sendiri walau tetap mencoba jalan terus dengan segala keadaan yang ada, tetap merasa optimis bahwa bila cetak biru ini diteruskan akan memberikan hasil yang baik di kemudian hari. Bila Pemerintah, akademisi dan pengusaha menjalankan peran mereka sesuai cetak biru, niscaya perekonomian kita bisa sangat terbantu oleh industri kreatif.

industri-kreatif

Beberapa hari lalu, Kompas sempat membuat fokus soal industri kreatif dan dalam satu artikelnya berjudul “Jangan sampai padam di tengah jalan” dan takut hanya menjadi jualan menjelang pemilu. Saya jadi ingat saat saya ikut menjadi salah satu pembicara di seminar sehari membahas industri kreatif di ITB, waktu itu Bandung sedang ramai dengan pemilihan Calon Gubernur. Yang menarik, semua calon Gubernur mencanangkan Industri Kreatif sebagai program kerja mereka.

Nah, mudah-mudahan para calon presiden nanti juga masing-masing mengusung program Industri Kreatif di program kerja mereka… 😉 We have to show them that this is a good industry to be include on their program.

Kembali ke para pemain industri kreatif, sebenarnya spirit entrepreneurship yang sudah ada selama ini jangan sampai melemah lantaran mulai ramainya dukungan dari pemerintah. Dalam salah satu sesi karantina finalist IYCEY 2008-9 lalu, saya juga sempat ingatkan bahwa industri kreatif will find their way… jangan menunggu fasilitas dari pemerintah. Kalau memang dapat…. gunakan dengan baik, kalau tidak dapat…. masih banyak jalan untuk sukses.

Industri fashion berkembang dengan pesat. Lihat saja KickFest di Bandung mampu menghasilkan sales lebih dari 16 Milliar dalam tempo 3 hari exhibition dari para Distro papan atas asal Jawa Barat.

Coba lihat gambar dibawah ini, salah bukti nyata industri film kita sudah menjadi tuan rumah di negri sendiri. Quota film barat yang dibuka oleh pemerintah tidak menutupi para sineas kita untuk bekerja keras dan memenangkan ‘pertarungan’ mendapatkan theatre… (Sineas kita tidak perlu minta quota film barat diberlakukan lagi untuk mendapat tempat di bioskop) Kalau keliling-keliling kota senang melihat hampir semua bioskop dengan 4 studio semuanya film lokal 🙂 Belum lagi Laskar Pelangi full house terus dengan 2 studio 🙂

Industri Kreatif Indonesia harus bisa mandiri… kalau dapat fasilitas, bisa maju lebih kencang, tidak dapat fasilitas… tetap bisa maju 😀

6 Comments

  1. Alo mas…
    Salam kenal ..

    Saya sering baca Blog ini..
    ee malah kmarin ngisi acara bareng di Metro TV

    Sukses yaa mas ..

    Eddy@WarungBarokah DotCom

  2. Seneng juga kenalan dengan mas Eddy… mudah2an blog ini bisa terus memberi inspirasi…

    mudah2an kita bisa ketemuan lagi… ngobrol lebih banyak… mas Eddy ini bisa jadi inspirasi buat anak2 daerah bagaimana menjadi local entrepreneur sukses di daerah mereka masing2… there are so many opportunity di daerah… let’s rock the boat..!!

  3. betul banget mas….
    namanya kreativitas trus ke industri kreatif emang bukan barang baru
    tapi di negeri kita baru heboh banget setelah pihak lain mempublikasikan
    contohnya industri kerajinan di indonesia telah ada sejak lama
    dan kekayaan budaya lain

    kepesatan kemajuan teknologi sering juga mengaburkan luasnya lingkup industri kreatif (yang katanya ada 15 jenis itu)
    masih banyak yang beranggapan bahwa industri kreatif hanya identik dengan perkembangan teknologi informasi, komputer, film, games, desain grafis (termasuk animasi) dan sejenisnya

    tantangan lain yang masih berproses adalah
    bagaimana mengoptimalkan mental menghargai karya sendiri dan orang lain
    supaya kita bisa bebas ‘sharing’, belajar, mengoptimalkan daya kreasi tanpa khawatir soal penyalahgunaan karya dan pemikiran kita oleh pihakyang kurang bertanggung jawab

    salam kenal mas yoris
    blognya saya masukkan ke link blog saya ya ?
    thx….

  4. Yup yup!
    Salut juga sama bu mentri yang menghargai dan membuka jalan buat industri kreatif, salah satunya industri animasi.
    Sayangnya kreator animasi disini masih kurang dapet posisi yang menyenangkan ketika serius mau terjun ke dunia industri…
    Hehehe.. daripada ntar keterusan jadi curhat yang ga jelas, coba tengok sekilas obrolan di forum ini;
    http://www.indocg.com/forum/viewtopic.php?id=1513

    hiks…

  5. Kalau menurut saya, animasi lokal belum mendapat 1 karya yang bisa mendobrak…

    Musik sudah berhasil menjadi tuna rumah di negri sendiri… padahal dulu majority penjualan dikuasai artis2 luar negri seperti Michael Jackson.

    Film juga sudah mulai menjadi tuan rumah di negri sendiri… terkadang saya lewat dan melihat semua layar dipenuhi film lokal.

    Tapi semua itu harus ada ‘pelopor’nya… misalnya dulu ada Kuldesak, trus ada Petulangan Sherina sampai Ada Apa Dengan Cinta.

    Unuk animasi, saya sangat yakin akan merajai tv nasional… karena intinya orang akan lebih suka musik lokal, film lokal dan animasi lokal…

    Jadi kalau ada yang punya animasi bagus dengan cerita yang kuat… let me know… I will help them to break on through 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.