Membaca di beberapa koran di bulan Desember kemarin, saya mendapat kabar bahwa Upah Minimum Propinsi DKI Jakarta mulai 2011 ditetapkan sebasar Rp 1.290.000 atau naik sebesar 15,38 persen dari UMP Jakarta tahun 2010 sebesar 1.118.009 rupiah.
Saya senang karena berarti rata-rata pekerja di DKI Jakarta akan membawa pulang ke rumah hampir 1,3 juta rupiah per bulan. Berarti ada peningkatan kualitas hidup bagi para pekerja di ibukota.
Namun saya jadi kepikiran dengan para pengusaha di DKI yang punya banyak karyawan, mungkin kenaikan 15,38% persen akan berdampak berat. Kenaikan ini mungkin saja menimbulkan kenaikan harga jual produk atau jasa dari perusahaan. Kalau mereka tidak kuat, maka akan ada efisiensi karyawan. Jadi akan ada domino efek dari kenaikan UMP ini.
Kalau kita study banding (tanpa harus langsung ke luar negri ya… toh ada google) ke Manila, pemerintah disana terus menambah lini pekerjaan yang berpenghasilan tinggi untuk warganya. Salah satunya yang sudah sukses adalah pekerjaan di Call Centre. Seperti yang saya baca di Business Week terbitan 6 Desember 2010, pemerintah Philippines mempermudah approval untuk mereka yang mau membuka Call Centre Business di Manila, mereka memberikan tax breaks, quick clearance for building permits dan exemption from import duties on computer & telecom gears yang diperlukan untuk Call Centre. Sekitar 40.000 pelajar disponsori oleh pemerintah untuk memperbaiki bahasa Inggris mereka dan tentunya communication skill.
Hasilnya? para pekerja muda ini sekarang mendapatkan penghasilan sekitar 300.000 pesos (US$ 6.850) setiap tahunnya. Di negara yang annual GDP nya sekitar 83.000 pesos (US$ 1.900). Sekedar perbandingan saat ini annual GDP Indonesia adalah US$ 2.963. Jadi bayangkan pendapatan US$ 6.850 per tahun ini sebenarnya juga menggiurkan untuk Jakarta sekalipun.
Lagipula, domino efek dengan tingginya pendapatan para pekerja muda itu adalah mulai dibangunnya Mall, Bar, Cinema dan Cafe di sekitar kantor-kantor Call Centre tersebut. Padahal sudah pasti kantor Call Centre dibuka di daerah yang tidak prime tentunya. Sama-sama domino efek namun yang ini sifatnya bagus untuk perekonomian 😉
Genius? Tidak juga… Pemerintah Philippines sebenarnya hanya belajar dari kesuksesan India yang waktu itu sangat terkenal dengan Call Centre Business di Bangalore. Mereka mendapatkan bisnis yang begitu besar dari outsourcing Call Centre dari US, Europe dan Australia. Sekarang Bangalore bersaing ketat dalam business outsourcing ini dengan Manila dan kalau tidak salah sedang diarahkan juga ke Cebu.
So, in my humble opinion… selain menaikkan UMP sebaiknya pemerintah juga memikirkan bagaimana menambah lini pekerjaan yang mendatangkan pendapatan yang besar untuk warganya sehingga punya efek domino yang positif untuk orang banyak. Contoh diatas menurut saya belum merupakan contoh yang kreatif, baru contoh yang baik dan benar.
Dan saya yakin masih banyak peluang lini pekerjaan yang perlu dikembangkan di Indonesia, khususnya di kota-kota sekitar Jakarta sehingga bisa benar-benar menjadi kota mandiri. Jangan penduduknya tinggal disana, namun tetap bekerja di Jakarta. Selain pemborosan bensin untuk transportasi juga pemborosan waktu, sehingga rendahnya kualitas hidup. Saya berharap, akan ada kota mandiri yang secara sistematis memilih beberapa lini pekerjaan baru yang penghasilannya tinggi untuk warganya, sehingga mereka tidak perlu bekerja di Jakarta lagi.
2 Comments
Mas Yoris yang kreatif…
Mau Respons sedikit nih..boleh kan?
Indonesia sure is so different from Phillippines, apalagi kalau dilihat dari sisi pandang pemerintah. Bisa dibilang cakrawala pandang pemerintah filipina sangat lebih liberal dari pemerintah Indonesia. Coba balik lagi, apakah mas Yoris yakin kalau pemerintah Indonesia dapat dengan pemikiran terbuka memberikan insentif-insentif seperti yang pemerintah Filipina berikan terhadap industri Contact/Call Center di negaranya? Untuk industri kreatif saja yang saya yakin generasi muda Indonesia mempunyai comparative advantage yang lebih dari generasi muda Filipina, boro-boro pemerintah Indonesia mau membuka cakrawala pandangnya dengan memmerikan insentif lebih agar industri kreatif Indonesia dapat berlari kencang, kalaupun ada dukungan paling adalah pernyataan normatif yang belum tentu tahu kapan terwujudnya. Untungnya (memang bangsa Indonesia adalah bangsa yang penuh keberuntungan …) generasi muda Indonesia adalah generasi yang tidak akan pernah menyerah terhadap kendala yang ada, apalagi kendala birokrasi…cape deh mas kalau kita sedikit banyak selalu menunggu peran pemerintah Indonesia untuk berperan serta mendukung dalam aktivitas nyata dan regulasi.
Bicara bisnis Call Center, ya saya setuju ini akan menjadi pekerjaan yang akan banyak dipilih khususnya oleh mereka yang butuh pekerjaan part time, pekerjaan pemula, dan pekerjaan bagi kaum lansia untuk mengisi waktu pensiun mereka (tidak ada yang salah kalau bisnis call center juga mampu memaksimalkan pengalaman dan kemampuan berbicara generasi lanjut usia yang baru-baru pensiun, manfaatkan dengan maksimal juga keinginan mereka untuk tetap produktif di masa pensiunnya, berikan kesempatan yang sama antara mereka dengan generasi mudanya). Hanya saja untuk saat ini pekerjaan Call Center masih belum dilirik, bukan tempat yang sexy untuk bekerja, kecuali terpaksa tentunya untuk survive.
Dari Om Google juga saya tahu, ternyata di Jerman sana, pemerintahnya mau dan memang punya niat yang kuat dan diwujudkan dalam tindakan nyata, bahwa produktivitas generasi lanjut usia yang masig produktif diterjunkan sebagai tenaga kerja outsourcing untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kemampuan dasar dan kemampuan berbicara (communication skill), seperti data entri, pemeriksaan form pajak, call center dan sejenisnya…
Mampukah pemerintah Indonesia berpikir sampai ke arah sana? Tidak usaha mengikuti apa yang telah pemerintah Jerman lakukan, coba lihat benchmark ke contoh dari Mas Yoris.. pemerintah Filipina. Saya jawab… saat ini belum bisa.. someday mungkin bisa selama leader of our country adalah leader yang kuat dan bervisi.
Do I have a chance to contribute as a writer on your blog?.. ^_^ ..sori mas respons-nya jadi banyak ..
Thank you for the respons Tinton 🙂 Saya senang dengan komentarnya… boleh dong contribute, selama seputar creativity dan innovation… email saja ke contact@yorissebastian.com siapa tau bisa dimuat 🙂