Apakah pekerjaan yang kita lakukan sudah sesuai dengan passion kita? Sesuai yang kita sukai, yang kalau kita lakukan berjam-jam sekalipun waktu tidak terasa berlalu. Seperti Indy Barends yang tidak sukses di bidang marketing ataupun menjadi sekertaris di Hard Rock FM, akhirnya malah sukses sekali di dunia hiburan.
Lama sudah kumencari.. apa yang hendak kulakukan.. segala titik kujelajahi.. tiada satupun kumengerti.. tersesatkah aku? Di samudera hidup…
Kata-kata yang kubaca.. terkadang tak mudah kucerna
Bunga-bunga dan rerumputan… bilakah kau tau jawabnya?
Inikah jalanku..? Inikah takdirku..? kubiarkan, kumengikuti, suara dalam hati, yang selalu membunyikan cinta.. kupercaya dan kuyakini murninya nurani.. menjadi penunjuk jalanku.. LENTERA JIWAKU
Demikian penggalan lagu terbaru dari Nugie yang hanya dikeluarkan dalam bentuk digital.
Melalui lagu tersebut, Nugie seolah bertanya apakah pekerjaan yang kita lakukan sudah sesuai dengan passion yang kita? Banyak yang bilang bahwa bila kita melakukan apa yang kita sukai maka hasilnya akan lebih baik dan lebih maksimal. sudah banyak contoh tokoh Indonesa yang sukses karena mengikuti Lentera Jiwa mereka, walau terkadang sempat sekolah di tempat yang kurang sesuai dengan passion mereka.
Berapa banyak teman kita yang kuliah, sekedar kuliah namun akhirnya bekerja tidak sesuai dengan bidang tersebut. Sementara bila kita bertanya kepada teman kita, “Apa Passion mu?” Banyak yang tidak bisa menjawab karena sudah terbiasa sejak kecil disuruh atau diarahkan.
Bila pendidikan yang kita jalankan bukan sesuai Passion kita, bisa jadi pendidikan tersebut tidak akan terlalu berguna di kemudian hari walau kita sudah menghabiskan banyak biaya kuliah. (Baca Kompas 28/2/08 Jumlah Sarjana S1 menganggur 409.890 belum lagi pengangguran dengan gelar diploma)
Atau bila yang kita kerjakan di tahun ini tidak ada ubahnya dari yang kita lakukan di 2007 dan membuat kita menjadi jenuh, sebenarnya anda dalam posisi loose – loose dengan perusahaan tempat anda bekerja. Anda rugi karena tidak memiliki kemajuan, sementara perusahaan juga rugi karena kejenuhan biasanya menimbulkan penurunan efektivitas kerja.
Have you found your Passion? Saya sih sudah bekerja sesuai dengan Lentera Jiwa, bagaimana dengan anda?
www.nexxg.com
19 Comments
hai kak..
setuju k, mesti follow ur passion. bekerja mengikuti lentra jiwa. tp kan ga semua orang sebruntung kakak yg bisa ky gitu. many people out there yg tjbak dlm rutinitas sehari-hari, yg sebetulnya ga disukai, simply bcoz its the onle chance they hve untuk mnyambung hidup. so its not that easy.. ya kn kak??
gak, bukannya pesimis, cuma realistis
=)
yup setuju… dan justru karena melihat banyak terjebak dengan pekerjaan yang tidak mereka cintai… lentera jiwa diluncurkan untuk adik2 kita di SMP dan SMA terutama dan juga para orang tua biar mereka dibiarkan mengikuti passion mereka.
saya sebenarnya punya pilihan, saya kuliah jurusan akuntansi (jurusan yang saya sukai karena saya di SMA Bendahara OSIS) namun saya sadar kuliah hanya untuk belajar, tidak mungkin saya menjadi akuntan, karena saya suka number dan uang namun passion saya bukan jadi akuntan ataupun auditor.
Kalau saya tidak nekat, meninggalkan kuliah (dengan resiko hanya lulusan SMA) untuk fokus ke pekerjaan di HRC yang sangat saya sukai dan cintai… mungkin saya sekarang stuck menjadi akuntan ;-p
So I think, life is a choice. Banyak orang yang tidak berani memilih untuk sesuatu yang dia sukai dan membuat dirinya nyaman (ada teman saya yang nyaman sebagai pelukis walau dia tidak kaya2 banget)
Is not that easy, but it will be much harder to succeed if we do something that we didn’t love… we don’t have the passion.
Hampir semua orang sukses yang saya temui, kalau diwawancara ternyata mereka melakukan sesuai passion mereka… gimana? Mau?
Mampir lagi 😀 … mungkin karena kebanyakan orang sudah terdoktrin bahwa ukuran kesuksesan sekolah yang puinter, IPK 4 koma, trus cari kerja dengan gaji guede… Trus jarang orang mo ambil resiko ambil jalan yang berbelok kiri atau kanan, amannya lurus2 aja. tapi saya jadi pengen tahu, apa komentar ortu waktu Yoris meninggalkan kuliah… asyik2 aja? masak sih? 🙂 need share…:)
komentar ortu tentunya marah, “Kamu nggak malu nanti anak kamu tanya ayahnya hanya lulusan SMA? Ayah kamu lulusan SMP karena tidak ada pilihan, nah kamu?”… dan waktu itu walaupun saya sudah tinggal sendiri tapi kan sebagai anak kita harus respect sama ortu… jadi saya coba tawarkan bahwa saya akan ambil universitas terbuka…
tapi saya juga sembari memberi wawasan ke ortu, bahwa banyak juga orang sukses yang tidak lulus kuliah. Steve Jobs & Michael Dell malah bergerak di bidang IT yang kalo dipikir2 mana mungkin bisa kalau mereka hanya lulusan SMA? Atau contoh lokal Bob Sadino dan masih banyak lagi contoh2 yang saya jelasin ke mereka
selain itu saya tanya, kenapa sih orang jadi sarjana? “Kan untuk cari kerja…. nah, kalau saya harus lulus kuliah baru kerja di HRC lagi, mungkin posisi penting yang available sudah tidak ada”
Bicara soal Passion, saya termasuk banyak kesukaan. Salah satunya motret. Tapi walaupun itu passion saya, saya berhitung waktu itu bahwa saya sering ‘kalah’ oleh fotografer lain karena alat2 mereka bukan karena kreatifitas. Sekarang sih lumayan bagus ya, kamera dll bisa disewa. Tapi waktu itu modal harus kuat, makanya saya banting setir dan belajar ‘lentera jiwa’ saya yang lain… yaitu marketing 🙂
intinya, daripada saya kuliah setengah-setengah dan kerja di hrc juga setengah-setengah, ya sudah… saya fokus ke kerjaan saja… walau terus terang waktu itu deg2an juga… gile loh lulusan SMA doang…
sekarang juga jadi konsultan, seringkali ditanya lulusan mana, saya bilang lulusan SMA PL… wah kok bisa jadi konsultant? Saya bilang based on my experience… plus i have a partner and manager yang lulusan S2…. working with me 😉
oh iya, pas saya di-promote jadi GM HRC Jakarta di usia 26 tahun. Wacana mendapatkan gelar dari Universitas Terbuka pelan-pelan tidak pernah dibahas lagi oleh ortu saya 🙂
Iya, pengalaman itu ga bisa dinilai dengan uang. Dan ga ada yang bisa meniru apa yang sudah Yoris dapatkan. Sulamet yah, sudah menemukan ‘lentera jiwa’ 🙂
oo.. gt ya kak. aku pikir jalan kakak lurus-lurus aja.
aku punya sodara. dia gagal kuliahnya dan dia juga gagal memperjuangkan passionnya, which supposed to be music. sampe sekarang dia masih berjuang keras, ga di musik lagi sih. dan kehidupannya masih sulit sampe skarang.
keluarga masih terus mendengung-dengungkan kegagalan dia di sekolah, yg akhirnya dituduh sbg biang dari semua kegagalan yg dia alami. “ga sekolah sih..mana bisa jadi orang.”
aku pikir itu betul, sampe aku membaca crita kakak yg juga “only” S3 degree (sd, smp, smu he..). it clings me that mgkn bkn karena ga pny gelar itu dia ga bisa jadi siapa-siapa, tp ya emang he himself bermasalah, cant fight for his passion, cant fight for a better life, dont do strong effort to be something..
tau kan kak kalo mahasiswa dijuluki sbg “hidden jobless” ? aku rasa itu betul. dan skarang aku sering pusing mikirin kalo aku tamat nanti mesti ngapain supaya ga jadi “real jobless” tp juga bisa do something yg tetap pas dgn passionku.
intinya dengan atau tanpa sekolah we still hv to work hard to light and follow “lentera jiwa”, i guess 🙂
maya, follow your passion juga harus bertanggung jawab. Ada juga temen senior yang anaknya sudah sekolah jauh2 dan mahal2 ke Australia eh pas pulang malah jadi DJ.
nah, saya bilang sama dia, biarin aja anaknya ikutin ‘lentera jiwa’ dia tapi harus bertanggung jawab. Misalnya jangan dikasih uang bulanan lagi. cukup tempat tinggal dan makanan di rumah. Supaya sang anak juga belajar bahwa passion is passion tapi uang harus dicari.
Jadi misalnya dia memang suka banget dengan musik, tidak berarti harus meninggalkan kuliah. Saya ninggalin kuliah karena karir saya bagus bgt… dan saya suka bgt dgn kerjaannya. Sama seperti misalnya seorang penyanyi atau band yang terpaksa putus kuliah karena konser2nya sudah terlalu banyak.
Kalau karir saya di hrc biasa2 saja, pasti kuliah yang akan saya fokuskan. daripada karir saya gitu2 aja.. waktu kan berjalan terus.
Nah, kalau seorang penyanyi or anak band ngerasa karir musiknya biasa2 aja… mungkin harusnya lulus kuliah dulu… sambil kerja di radio or majalah musik… toh masih sesuatu yang berhubungan dengan passion-nya. Tapi ada revenue bulanan ;-p
sayangnya banyak yang fokus abis2an di passion mereka tanpa mencoba untuk bertanggung jawab… mobil kan harus isi bensin.. makan harus bayar ;-p
yeah.. aku setuju kak. kita harus bertanggung jawab penuh sama pilihan kita sendiri..
yeah,stuju bgt!!!!!!!!
dari pada pusing mikirinnya!!!!!
saya lagi coba 😀
hi there.
hi Yoris.
mm.. maksudnya Lentera Jiwa apa ya??
nah, ini pertanyaan yg sejak setahun terakhir selalu saya pikirkan berulang kali. passion.
Kalo kata Rene Suhardono, career coach yg ga pernah lelah meminta kita untuk mengingat dan bertanya apa passion kita, passion itu seperti lo sedang ‘in love’.
buat saya simpel aja. misalnya untuk urusan pekerjaan, pekerjaan yg sesuai dg passion bisa ditandai dgn setinggi apa tingkat excitement sewaktu lo bangun pagi dan mengingat bahwa lo akan kerja hari itu.
yang jelas, jangan pernah berhenti mencari passion. biasanya orang mentok karena ia berpikir bahwa ia tidak punya pilihan(terbentur kondisi, dll). kalau dari awal sudahmerasa bahwa tidak punya pilihan , bagaimana mau mengeksplorasi passion? 😉
yup betul sekali… contoh paling gampang di musik… Dedi vokalis Andra & The Backbone jadi wartawan musik dulu di HAI sebelum benar2 menjadi vokalis… jadi Dedi explorasi dulu pekerjaan dengan gaji bulanan apa yang masih sesuai dengan Lentera Jiwa nya….
btw, kemarin baru aja jadi pembicara bareng Rene soal Passion… nah sama seperti Rene bilang Passion itu seperti ‘in love’ terkadang kita punya beberapa passion kan, tinggal dipilih dengan skala prioritas kita ‘in love’ dengan yang mana?
Sekarang ini saya BANGSAWAN
“BANGSA KARYAWAN” yg menggeluti bidang it (network)
……dalam hati saya padahal saya suka banget design…….mau maju tapi gimana gitu …inikah namanya zona nyaman…….saya takut malah jadi….
“danger in the comfort zone”
palagi kemarin nonton film “ZOHAN” yg main adam sandler…..
gilaaa…..gambarin bgt lentera jiwa …tuh
Hi Ochie… Lentera Jiwa adalah lagu terbaru Nugie yang berbicara soal Passion… Sebuah perenungan buat mereka yang belum menemukan Passion mereka…. dengerin lagunya atau lihat videonya di http://www.lenterajiwa.com pasti ochie akan ngerti…
Kalau nanti sudah ngerti dan mendapat inspirasi, ochie bisa langganan RBTnya, apalagi bulan ini XL kasih gratis… supaya kalau temen2 ochie nelpon mendengar lagu Lentera Jiwa dan juga bisa mendapat inspirasi soal Passion 🙂
Hi Andy… nggak papa jalanin ‘passion’ sambil kerja dulu di bidang it… kan di waktu luang bisa mulai lebih banyak design untuk melampiaskan passion…
di saat yang tepat, bila passion tadi sudah berubah menjadi karir yang mapan (seperti cerita Dedi HAI yang sekarang menjadi Dedi nya Andra & the Backbone) baru tinggalkan kerjaan it yang sekarang dipegang…
thanks for the movie info…. looking forward to watch it….
Salam kenal Om Yoris,
bwt gw…ngejalanin “passion” plus tg jawab punya keluarga…itu berat sekali. Rasanya ke belah-belah…Lebih susah njelasin passion ke bini daripada ortu hehehe..
…kadang kerasa banget kalo jalanin passion butuh “stamina” tinggi.
Anda pernah kehabisan “stamina”, Om Yoris…? saya sering..hehehe….
Thanks.
Salam kenal juga Ija…
Kalau saya cukup beruntung karena menjalankan pekerjaan sesuai Passion jadi belum pernah kehabisan ‘stamina’
Dulu juga saya suka bingung, ditanya sama temen2 saya kok gak pernah capek kerja siang malam waktu di HRC… ternyata karena saya kerja di sana sesuai lentera jiwa saya.. nggak terasa kerja siang malam….
sekarang juga jadi consultant…. i really enjoy my work…
dan… menurut saya tidak ada kata terlambat…
ingat mitos… guru pahlawan tanpa tanda jasa dan berpenghasilan rendah? nah saya kebetulan suka sekali ngajar… namun saya tidak menjadi guru… saya bikin seminar dan pendapatannya sangat lumayan 😉
Jadi harus pintar2 menjalankan passion… kan harus isi ‘bensin’ 🙂