Bukan saja tanggalnya yang cantik, pembukaan olimpiade beijing beberapa hari lalu juga sungguh cantik 🙂 Walau masih jauh untuk Indonesia, namun bangga juga bahwa negara Asia sudah bisa mempersembahkan pembukaan olimpiade yang mengundang decak kagum seluruh dunia.
Seorang anak kecil saja, yang biasanya sibuk main nintendo DS (lantaran hanya boleh main selama weekend) dan selalu cuek kalau ibu dan bapaknya mengajak bicara saat ia asik main… hari itu meninggalkan sebentar Mario Bros-nya, karena tertarik melihat kedahsyatan pembukaan yang konon menelan biaya sebesar 90 Juta US Dollar (Total 180 Juta US Dollar untuk opening dan closing ceremony)
Yup, pasti banyak yang bilang terang saja kalau biaya segitu saya juga bisa… namun menurut saya tidak segampang itu. Semuanya melalui proses, China terlebih dulu sukses menggelar Asian Games di tahun 1990 (Info saja, Indonesia terakhir menjadi host Asian Games di tahun 1962). Sementara untuk Asian Games terakhir tahun 2006 lalu di Doha (Qatar) konon biaya opening dan closing ceremony-nya serupa dengan biaya yang ditetapkan oleh Organizing Committee Olympic Beijing. Hasilnya? Semakin spektakuler. Jadi hasil spektakuler tidak melulu harus dengan biaya ‘double’ atau biaya lebih tinggi. Belajarlah dari opening ceremony Beijing 8.8.8
Persiapan yang panjang (tanpa mental ‘nanti-nanti aja toh masih lama’) membuat panitia Olimpiade 2012 London harus berpikir keras mempersiapkan opening ceremony yang tak kalah spektakulernya. Dari berbagai sumber yang saya baca, penggunaan multi media agak sulit untuk ditandingi karena waktu yang tersisa. Namun saya percaya, selama kita kreatif opening ceremony London 2012 tidak melulu harus prioritas ke multimedia.
Di luar kemegahan pesta olahraga yang menghabiskan dana yang besar, sebenarnya bila dikelola dengan benar. Pesta Olahraga adalah investasi sebuah negara. Semua biaya yang keluar dimuka adalah investasi yang akan menjadi keuntungan dengan suksesnya penyelenggaraan pesta olahraga tersebut. Selain langsung balik modal dari penerimaan pajak hotel, restaurant, souvenir, public transportation, tempat wisata, tiket masuk olimpiade, pendapatan para pekerja freelance dan lain sebagainya – di kemudian hari Beijing khususnya dan China secara umum akan semakin menarik orang dari seluruh penjuru dunia untuk dikunjungi.
Saya yang kebetulan ke Beijing dan Shanghai 3 tahun lalu, sudah merasakan bagaimana siapnya Beijing menyongsong acara yang masih 3 tahun lagi. Mereka mempersiapkan olimpiade ini dari jauh-jauh hari (sejak sekitar tahun 2000an kalau tidak salah). Semua sektor mereka perbaiki termasuk persiapan bahasa. Dibanding beberapa tahun sebelumnya, penggunaan bahasa Inggris para penduduk yang terkait dengan wisatawan meningkat pesat. Pemerintah memberikan kursus Inggris gratis bagi mereka yang memerlukan.
Untuk Indonesia, pesta olahraga sudah selayaknya dipersiapkan lebih matang sehingga semua pihak untung. Mulai dari kota yang menjadi host hingga pemerintah pusat melalui pencapaian pajaknya. PON Palembang sebenarnya sudah mulai membuahkan hasil, like it or not Palembang dengan ikon Jembatan Ampera yang membelah sungai Musi – kini menjadi ikon pulau Sumatera (ingat iklan indomie terbaru ;-)) Apalagi setelah PON 2004, kota Palembang menjadi bagus, menang Adipura 2 tahun berturut-turut [2007-2008] dan ikut mendampingi kota Jakarta untuk bertanding di lomba Adipura Asean.
Pesta olahraga adalah investasi ekonomi yang menguntungkan. Domino effectnya juga long term. Tebak dimana Asian Games tahun 2010? Beijing 😉 Toh mereka sudah siap dengan segala fasilitas olahraga dan wisata.
Kembali ke Indonesia, di depan mata adalah SEA Games 2011 dimana Jakarta akan menjadi tuan rumah. Persiapannya sudah sampai mana ya? sekitar 3 tahun lagi nih 😉
2 Comments
di cina juga smua-muanya lebih murah harganya kali wong ampir semua pabrik tetek bengeknya disana… pake local stuff harganya diteken abis? makanya bs full on spektakuler… tapi birdnest stadium sama kolam renangnya emang canggih – hebat jg mereka tau herzog & de meuron hehe
yup… but anyhow, i have a faith that London will use their creativity ‘not’ their big budget to impress the world 😉
Seperti keyakinan saya bahwa walau budget tourism Indonesia lebih kecil dari Malaysia, kalau kita creative… we can reach a good result 😉